Malang, TodayBerita – Bulan Agustus ini merupakan pesta rakyat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Seperti biasa, disepanjang gedung perkantoran dan sekolahan, pasar modern, serta jalan protokol maupun gang-gang kecil di sudut jalan, pasti menemukan banyak pernak pernik bernuansa merah putih. Tentu hal ini untuk persiapan menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Di berbagai sudut kota Malang sejak memasuki bulan awal Agustus sudah banyak orang-orang yang menjajakan pernak-pernik merah putih dan bendera. Tentu hal ini turut menjadi ladang dalam mengais rejeki bagi para penjual bendera musiman seperti mereka.
Namun sayangnya, jika dulu penjual bisa tersenyum bahagia karena omset penjualan melambung tinggi, kali ini mereka harus gigit jari karena perayaan kemerdekaan masih dalam situasi pandemi. Bagai jatuh tertimpa tangga, kondisi pandemi diperparah lagi dengan kebijakan pemerintah yang sejak awal bulan Juli lalu menerapkan pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Tentu hal ini berdampak bagi semua sector terutama para pedagang kaki lima seperti para penjual bendera ini. Seperti Pria yang berjualan di trotoar depan sekolah Wahid Hasyim Kota Malang. Sambil memegang topi dan duduk menunggu pembeli, dia bercerita jika penjualan bendera saat ini sepi tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Ya jauh kalau dibandingkan dengan dua tahun dulu mbak, apalagi sekarang ada PPKM wes tambah gak dapat apa-apa,” Ungkap pria berusia 40 tahun ini.
Slamet mengaku, keadaan seperti ini dalam sehari ia mampu menjual tiga sampai lima bendera dengan harga tiap bendera Rp 40 ribu. Kalau tidak ada pandemic, dalam sehari Slamet bisa membuktikan menjual sang saka merah putih sebanyak 20 buah. Miris bukan?
“Turun omset saya mbak, turun empat kali lipat daripada biasanya, ya sekitar 80 persen,” ungkap dia sambil melambaikan tangan tanda bahwa penjualan bendera tak seperti biasanya.
Pria yang hari-harinya berjualan mainan ini memilih banting setir berjualan bendera musiman karena tuntutan ekonomi keluarganya. Terlihat, sang istri menemani dengan setia sambil tiduran di belakang bendera-bendera yang ia jual.
“Sekarang ini, yang penting cukup buat makan. Jualan mainan, anak sekolahnya libur, saya bingung mau jualan dimana. jual bendera juga kena ppkm, tapi masih ada lah dikit-dikit untuk makan,” terang Slamet lebih lanjut..
Pria asal Jatimulyo ini menjelaskan jika saat ini bendera maupun umbul-umbul itu dibeli hanya untuk hiasan-hiasan di kantor ataupun di gang-gang rumah untuk hiasan. Kalau dulu, bendera bisa dipastikan habis sebelum tanggal 17 agustus untuk kebutuhan pawai daerah menyambut HUT RI.
Meski begitu, Slamet tetap berharap semoga pandemi ini bisa cepat selesai dan ekonomi kembali pulih seperti biasanya.
“rejeki sudah ada yang mengatur, semoga coronanya cepat hilang itu saja,” harapnya.