UB Raih Medali Perak di AISEEF Lewat Karya Biskuit Ulat

0

TodayBerita – AISEEF merupakan kompetisi internasional tahunan antar universitas se- Asia dalam bidang science, lingkungan dan entrepreneurship. AISEEF diselenggarakan  oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada (18/2-22/2/2021).

Ada empat kategori yang dilombakan yaitu enterprenuer (business plan, management, marketing), social science, environmental science (interaksi komponen fisik, kimia, dan biologi lingkungan serta hubungan dan efek komponen tersebut dengan organisme pada lingkungan), serta innovation science (inovasi dalam bidang Fisika Terapan, Kimia dan Biologi yang dapat berupa produk aplikasi, alat peraga dan temuan kreatif).

Indonesia merupakan negara dengan prevalensi stunting terbesar kelima dengan prevalensi 36% (7.547 jumlah anak stunting) pada tahun 2019. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 mencatat sebanyak 24,5% balita di dunia mengalami stunting.

Menyikapi kondisi tersebut sejumlah mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) mengembangkan produk-produk inovatif dari peternakan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan bidang Kesehatan.

Dengan dibimbing Dr. Dedes Amertaningtyas, S.Pt.,MP, tim yang terdiri dari Retno Nur Fadillah, Sularso, Yasri Rahmawati, Hendarto, dan Zuhdan Alaik membuat Biskot. Biskot merupakan biskuit protein ulat hongkong sebagai treatment stunting pada anak.

Penelitian yang telah mereka lakukan berhasil memboyong medali perak dalam ajang internasional bertajuk Asean Innovative Science Environmental and Enterprenuer Fair (AISEEF) 2021.

Kegiatan tersebut terlaksana atas kerjasama dengan Food Technology Departmen – Institut Pertanian Bogor (IPB), Nutrition Department – Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas   Dian   Nuswantoro (UDINUS), Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), Yayasan Prestasi Pendidik Indonesia, Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia Malang Raya, dan AISEEF Organizing Committee.

Sularso menjelaskan, kandungan protein pada larva ulat hongkong cukup tinggi yaitu 47,44% dengan kadar lemak 21,84%. Serta asam amino berupa taurin sebesar 17,53% yang sangat dibutuhkan pada masa tumbuh kembang anak.

 

Taurin merupakan jenis asam amino terbanyak kedua dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam proses pematangan sel otak.

 

“Ulat hongkong atau yang juga disebut dengan mealworm biasanya dibudidayakan hanya untuk dijadikan pakan unggas karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Namun sebenarnya ulat ini termasuk dalam ordo coleoptera yang merupakan ordo keempat, artinya paling banyak dikonsumsi manusia,” kata Sularso

 

Dalam proses pengolahannya ulat hongkong dicuci bersih dan dikeringkan kemudian dioven. Lalu dihaluskan menggunakan blender dan disaring airnya, selanjutnya dicampur ke dalam adonan dari terigu, gula, dan telur.

(Rfl)

Leave A Reply

Your email address will not be published.